1 Mei 2011

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN PLASENTA PREVIA

(Tersedia versi lengkap -scribd- klik link judul utk membuka scribd)
http://www.scribd.com/doc/54300994/Asuhan-Kebidanan-Patologi-Plasenta-Previa





BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu.
Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya. Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya .
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
1.2.       Tujuan
1.2.1        Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, di harapkan mahasiswa dapat memahami tentang plasenta previa dan dapat memberikana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta previa.

1.2.2        Tujuan khusus
a.         Mahasiswa dapat menjelaskan definisi plasenta previa
b.        Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi
c.         Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi plasenta previa
d.        Mahasiswa dapat menjelaskan faktor predisposisi dan presipitasi plasenta previa
e.         Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi plasenta previa
f.         Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala plasenta plasenta previa
g.        Mahasiswa dapat menjelaskan prognosis plasenta previa
h.        Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi plasenta previa
i.          Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana diagnosa plasenta previa
j.          Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit plasenta previa



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1    Konsep Ante Partum Bleeding ( Plasenta Previa )






















2.1.1        Definisi
·                                                                    Pedarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 20 minggu (Mansjoer, 1999: 276)
·                                                                        Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III (Prawirohardjo, 2009: 459)
·                                                                        Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998 : 269 )
·                                                                        Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi paada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalanlahir (ostium uteri internal). ( Mochtar, 1998 : 269 )
·                                                                        Menurut Prawiroharjo (2009), plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
·                                                                        Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu segmen bawah uterus  sehingga dapat mnutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. (Mansjoer, 1999: 276)
·                                                                        Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
·                                                                        Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).

2.1.2        Klasifikasi


Ø Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
a. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.

b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
c.  Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostiumuteri internum.
d. plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.          
Ø Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
a.    Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostea.
b.   Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
·      Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian belakang.
·      Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
·      Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang ditutupi plasenta.

2.1.3        Etiologi
Plasenta previa mungkin terjadi kalau keadaan endometrium kurang baik misalnya karena atrofi endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat pada :
a.         Multipara, terutama dengan jarak antara kehamilan pendek
b.        Myoma uteri
c.         Curretage yang berulang
d.        Primigravida tua lebih dari 25 tahun
e.         Bekas operasi
Keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa placenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya, mendekati atau menutup ostium internum. Mungkin juga placenta previa disebabkan implantasi telur yang rendah.
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Kloosterman 1973).
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
1.             Perdarahan (hemorrhaging)
2.             Usia lebih dari 35 tahun
3.             Multiparitas
4.             Pengobatan infertilitas
5.             Multiple gestation
6.             Erythroblastosis
7.             Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8.             Keguguran berulang
9.             Status sosial ekonomi yang rendah
10.         Jarak antar kehamilan yang pendek
11.         Merokok
Menurut Rustam Mochtar (1998), di samping banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
1.        Endometrium yang inferior
2.        Chorion leave persisten
3.        Korpus luteus yang bereaksi lambat.
Strassmann mengatakan bahwa factor terpenting adalah vaskulerisasi yang kurang pada desidua menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Browne menekan bahwa factor terpenting ialah vili korialis persisten pada desidua kapasularis.
Faktor – faktor etiologi :
1.    Umur dan paritas
a.    Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun
b.   Lebih sering paritas tinggi daripada paritas rendah
c.    Di Indonesia, menurut Toha, plasenta previa anyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia yang menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang ( inferior )
2.    Hipoplasi endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda
3.    Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang – ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual plasenta
4.    Korpus luteum berlangsung lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi
5.    Tumor – tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6.    Kadang – kadang pada malnutrisi.

2.1.4        Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1.        Melebarnya pertumbuhan plasenta :
·      Kehamilan kembar (gamelli).
·      Tumbuh kembang plasenta tipis.
2.        Kurang suburnya endometrium :
·      Malnutrisi ibu hamil.
·      Melebarnya plasenta karena gamelli.
·      Bekas seksio sesarea.
·      Sering dijumpai pada grandemultipara.
3.        Terlambat implantasi :
·      Endometrium fundus kurang subur.
·      Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

2.1.5        Patofisiologi
Menurut Prawirohardjo (2009) pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal, yaitu baian dari desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi ditu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikain pula oada serviks mendatar (effacement) dan membuka ( dilatation ) dan bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervilus dari plasenta. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan ditempat itu relative dipermudah ddan diperbanyak oleh karena segme bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yyang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhanti karena ada pembekuan kecuali ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama , oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu berlangsung progesif dan bertahap , maka laserasi baru akan akan mengulang terjadinya perdarahan . Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu  sebab lain (causeless). Darah akan keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri  (pain less) .
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum . Sebaliknya , pada plasenta previa parsalis atau letak rendah , perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga – jaga syo hal tersebut perlu dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan pada 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir  ke luar rahim dan tidak terbentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bahwa rahim yang tipis mudah di invasi oleh pertumbuhan dari trofoblas , akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta, bahkan plasenta perkreta yang perkembangan vilinya bisa sampai menembus ke buli – buli dan per rektu bersama plasenta previa. Plasenta akreta da inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang pernah bedah sesar. Bawah rahim dan serviks yang rampuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi  meningkatakan perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya pad kala 3 karena plasenta sukar terlepas yang sempurna atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi .
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak umur kehamilan 20 minggu, saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester 3 karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. . Perdarahan tidak dapat di hindarkan karena ketidak mampuan serabut otot  segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahanyerjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin kedalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.

2.1.4    Tanda dan Gejala
Gejala plasenta previa adalah:
a.         Perdarahan tanpa nyeri.
Biasanya perdarahan karena placenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini disebabkan karena :
·      Perdarahan sebelum bulan ke tujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
·      Perdarahan pada placenta previa diebabkan karena pergerakan antara placenta dan dinding rahim.
b.        Perdarahan berulang.
Setelah terjadi pergeseran antara placenta dan dinding rahim maka regangan dinding rahim dan tarikan pada cervik berkurang, tapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru, kejadian ini berulang-ulang.
c.         Kepala anak sangat tinggi.
Karena placenta terletak pada kutub bawah rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul. Karena hal tersebut juga karena ukuran panjang rahim berkurang, maka pada placenta previa lebih sering terdapat kelainan letak.
d.        Warna perdarahan merah segar
e.         Adanya anemia dan rejatan yang sesuai dengan keluarnya darah
f.         Timbulnya perlahan – lahan
g.        Waktu terjadinya saat hamil
h.        His biasanya tidak ada
i.          Rasa tidak tegang ( biasa ) saat palpasi
j.          Denyut jantung janin ada
k.        Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
l.          Presentasi mungkin abnormal
Jika perdarahan disebabkan oleh placenta previa atau placenta letak rendah maka robekan selaput harus marginal (kalau terjadi persalinan per vaginam). Juga harus dikemukakan bahwa pada placenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan postpartum karena :
·      Kadang-kadang placenta lebih erat melekat pada dinding rahim (placenta accreta)
·      Daerah perlekatan luas
·      Daya berkontraksi segmen bawah rahim kurang
·      Kemungkinan infeksi nifas besar, karena luka placenta lebih dekat pada ostium, dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai lagi pula pasien biasanya anaemis karena perdarahan hingga daya tahannya lemah.

Menurut Departemen Kesehatan RI 1996. Jakarta
Gejala utama
Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama.
Gambaran klinik
1.        Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak perdarahan  yang terjadi pertama kali, biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
2.        Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
3.        Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
4.        Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang
Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan

2.1.5        Mekanisme Perdarahan
Gambaran skematis berikutnya menunjukkan bagaimana perdarahan pada plasenta previa dapat terjadi. Karena sirkulasi retroplasentanya tetap berada di pembukaan serviks. Setiap gerakan yang akan membentuk segmen bawah rahim pada trimester ketiga yang menimbulkan pergeseran antara plasenta dan timbulnya pembukaan kanalis servikalis, maka terjadi perdarahan yang bentuknya bervariasi.
Pembentukan segmen bawah rahim ini terjadi alami dan tidak sakit, oleh karena itu ciri khas perdarahan plasenta previa adalah “tidak sakit”. Dari gambar skematis ini jelas bahwa TIDAK BOLEH MELAKUKAN PERIKSA DALAM untuk menegakkan doagnosis kecuali DILAKUKAN DI KAMAR OPERASI menejelang tindakan. Dengan demikian pada setiap perdarahan antepartum trimester ketiga, bidan tidakboleh melakukan pemeriksaan dalam karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan perdarahan baru.

Gambar 2.1.5-1 A.Plasenta previa komplet. Gambaran artistik menunjukkan bagian plasenta yang berada di pembukaan serviks. Bagian plasenta yang berada di atas pembukaan serviks didukung oleh bekuan darah , sehingga tidak terjadi perdarahan. Keberadaannya mendahului perdarahan yang menunjukkan bahwa arah aliran darahnya langsung berasal dari chorionic plate bukan dari taut desisuoplasental. B. Perbedaan tekanan darah pada ruang intervilus yang menyebabkan tekanan negatif di daerah serviks dan tekanan normal di seluruh daerah plasenta. Perbedaan tekanan tersebut, dapat menjadi sumber dan perdarahan langsung pada plasenta previa totalis.

Gambar 2.1.5-2 Implantasi rendah plasenta. Gambar ini menunjukkan bahwa sumber perdarahan berasal dari pecahnya sinus marginalis pada implantasi plasenta letak rendah. Dampak dari meregangnya ketuban dan kombinasi robeknya struktur adalah terjadi perdarahan mendadak. Mekanisme ini dapat dipergunakan untuk menerangkan faktor perdarahan dari lingkaran serambi plasenta yang berada di atas serviks. Sangat mungkin bahwa pecahnya sinus marginalis dapat menjadi sebab perdarahan yang berlangsung pada plasenta previa totalis.

2.1.6        Prognosis
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).

2.1.7        Pemeriksaan Penunjang
a.         Pemeriksaan in speculo terlebih dulu untuk mengenyampingkan kemungkinan perdarahan yang disebabkan varices yang pecah dan kelainan cervix.
b.        Pemeriksaan fornices dengan hati-hati (pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala)
c.         USG untuk menetukan letak plasenta
d.        Pemeriksaan darah : Hb
2.1.8        Komplikasi
a.         Anemia bahkan syok karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak.
b.        Plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masukk ke dalam miometrium karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium.
c.         Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segman bawah rahim maka pada keadaan yang sangat gawat jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi local.
d.        Sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya karena kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
e.         Kelahiran premature dan gawat janin karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
Menurut Prawirohardjo 2009, ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1.        Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melepasnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan menjadi syok.
2.        Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah bagian trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos kedalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebagai sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi filinya masih belum masuk kedalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akreta ataui inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah perdarahan pada kala III. Komplikasi ini lebih sering pada uterus yang pernah seksio cesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10 % sampai 30% bagi pasien yang pernah SC 1 kali, naik menjadi 60 samapai 65% bila telah SC 3 kali.
3.        Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati – hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak mmelalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara – cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
4.        Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
5.        Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat kematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6.        Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan yang lain massa perawatan yang lebih lama adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta (resiko relatif 13,8), seksio cesaria (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated intavaskular coagulation (DIC) 15,9%.

2.1.9        Diagnosa
Menurut Prof. Dr. Rudstam Mochtar  MPH. 1998 Jakarta.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan:
1.    Anamnesis
a.    Gejala pertama yang membawa si sakit ke dokter atau rumah sakit ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjutan (trimester III)
b.   Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan perulang (recurrent), kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah di penuhi dengan dara. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari yang sebelumnya. Sebab dari perdarahan ialah karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek yang disebabkan oleh:
1)   Terbentuknya segmen bawah rahim
2)   Terbentuknya ostium atau  oleh malipulasi intravaginal atau raktal
2.    Inspeksi
a.    Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam : banyak, sedikit darah beku dan sebagainya
b.   Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat / anemis.
3.    Palpasi abdomen
a.    Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b.   Sering di jumpai kesalahan letak
c.    Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating)  atau menggolak di atas pintu atas pinggul
d.   Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
4.    Pemeriksaan inspekula
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dilihat dari mana asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, atau dari kelainan serviks, vagina, varises pecah dan lain-lain.
5.    Pemeriksaan radio-isotop
a.    Plasentografi jaringan lunak
     Yaitu membuat foto dengan sinar roentgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta.
b.   Sitrografi
     Kosongkan kandung kemih, lalu dimasukkan 40cc larutan NaCl 12,5 , kepala janin di tekan kearah pintu atas panggul lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa
c.    Plasentografi  indirik
     Yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior, dengan cara menghitung antara jarak kepala-simfisis dan kepala promotorium
d.   Arteriografi
     Dengan memasukkan zat kontras kedalam arteri femoralis, karena plasenta sangat akan pembuluh darah maka ia akan banyak menyerap zat kontras.
e.    Aminografi
     Dengan memasukkan zat kontras kedalam rongga amnion, lalu di buat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong di luar janin dalam rongga rahim 
f.    Radio isotop plasentografi
     Dengan menyuntikan zat radio aktif RISA (Radio Iodinateol Serum Albumin) decara intra vena, lalu diikuti dengan  detektor GMC
g.   Ultrasonografi
     Cara ini sangat terapi dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin
6.    Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh di bidang abstetrik untuk diagnosis plasenta previa, walaupun ampuh namun  kita harus berhati-hati, karena bahayanya juga sangat besar.
a.    Bahaya pemeriksaan dalam
1.    Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
2.    Terjadi infeksi
3.    Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus.
b.   Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam
1.    Pasang infus dan persiapan donor darah
2.    Pemeriksaan dilakukan di kamar bedah, dengan fasilitas operasi lengkap
3.    Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara lembut
4.    Jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikasi, tetapi raba dulu bantalan antara janin dan kepala janin pada forniks.
5.    Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-pelan 
c.    Kegunaan pemeriksaan dalam
1.    Menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh plasenta previa atau oleh sebab-sebab lain:
2.    Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa, supaya dapat diambil sikap dan tindakan yang tepat. 
d.   Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
1.    Perdarahan banyak, lebih dari 500cc
2.    Perdarahan yang sudah berulang-ulang
3.    perdarahan sekali, banyak, dan Hb dibawah 8gr% kecuali persiapan darah ada.
His telah mulai dan janin sudah dapat hidup di luar rahim.

2.1.10    Diagnosa Banding
Kelainan lokal seperti kanker serviks atau polip serviks.

2.1.11    Penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer, dkk (Kapita Selekta Kedokteran, 1999 : 277) penatalaksaaan plasenta previa harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan peroral. Pantau tekanan darah dan nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin. Bila terjadi rejatan, segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan. Penangan di rumah sakit dilakukan berdasar usia kehamilan. Bila terdapat rejatan, usia gestasi < 37 minngu, taksiran beraty janin < 2500 gram maka, :
1.  Bila perdarahan sedikit, rawat sampai UK 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi bertahap. Berikan kortikosteroid 12 Mg IV per hari selama 3 hari.
2.    Bila perdarahan berulang lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan preterm.
Bila tidak ada rejatan usi gestasi 37 minggu atau lebih, tafsiran berat janin 2500 gram atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata plasenta previa, lakukan persalina per abdominam. Bila bukan, usahakan partus pervaginam.



Menurut Manuaba (2008) dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut:
1.    Pasang infus dengan cairan pengganti (Chloret, Laktat Ringer, Glukosa)
2.    Jangan melakuka pemeriksaan dalam, karena berakibat perdarahan bertambah banyak.
3.    Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.
Di samping itu bila terpaksa melakukan persalinan pada janin dalam keadaan prematuritas, maka diperlukan asuhan neonatus di unit perawatan
intensif. Dalam kasus yang sangat istimewa, misalnya prematuritas, dan setelah dilakukan pemeriksaan dalam di kamar operasi ternyata ditemukan –

Gambar 2.1.11-1 Mencari bagian membran di tepi plasenta untuk dipecahkan. Umumnya dipergunakan ujung gunting tajam atau forceps tumpul untuk mencari dan menyentuh membran. Membran jangan di dorong ke atas. Biarkan plasnta tetap di tempatnya semula
 








plasenta previa marginalis, dapat dilakukan terapi “memecah ketuban” untuk menghentikan perdarahan.
Tekanan bagian terendah janin akan menekan plasenta previa sehingga perdarahan berhenti. Dalam hal ini seolah-olah janin dikorbankan karena memang keadaannya sangat interior sehingga kehidupan dapat dipastikan tidak terlalu lama. Tujuannya untuk menyelamatkan jiwa ibunya dari keadaan morbiditas serta mortilitas yang lebih tinggi.



Gambar 2.1.11-1 – lanjutan B. memecahkan kantung air ketuban (amniotomi). Gambar menunjukkan penggunaan klem yang panjang. Sisipan menunjukkan perforator khusus.
 









2.1.12    Terapi
a. Terapi aktif
1.        Terminasi kehamilan :
·       Janin matur
·       Janin mati atau anomaly
·       Perdarahan banyak
2.        Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sedikit, persalinan pervaginam masih mungkin.
3.        Jika persalinan dengan seksio dan terjadi perdarahan ditempat plasenta, maka jahit ditempat perdarahan. Drip  oksitosin 10 unit per 500 ml cairan infuse ( NaCl / RL ) dengan kecepatan 60 tetes permenit.
b.    Terapi ekspektatif ( pematangan )
ialah kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil. Syarat terapi ekspektatif adalah :
1.        Keadaan ibu masih baik (Hb normal) dan perdrahan tidak banyak.
2.        Usia kehamilan < 36 minggu atau berat janin < 2500 gran
3.        Perdarahan telah terhenti
4.        Bila terjadi perdarahan ulang lakukan PDMO ( pasien dimeja operasi )
5.        Beri antibiotica mengingat kemungkinan infeksi.

Cara – cara vaginal terdiri dari :
1)        Pemecahan ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, dan plasenta previa lateralis yang menutup ostium uteri kurang dari setengah bagian. Kalau pada plasenta previa lateralis, plasenta terdapat di sebelah belakang, maka lebih baik dilakukan secsio secarea. Karena dengan pemecahan ketuban, kepala kurang menekan pada plasenta, karena kepala tertahan promontorium. Yang dalam hal ini dilapisi lagi oleh jaringan plasenta.
Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena:
a.    Setelah pemecahan ketuban uterus  mengadakan retraksi, hingga kepala anak menekan pada plasenta.
b.   Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban, dan dapat mengikuti gerakan dinding rahim hingga tidak terjadi penggeseran antara plasenta dan rahim.
2)        Versi Braxton Hicks
·      Dilakukan versi ke letak sungsang
·      Satu kaki dikeluarkan sebagai tampon, dan diberikan pemberat untuk memperberat dan mempercepat pembukaan, menghentikan perdarahan
·      Diharapkan persalinan spontan
·      Janin sebagian besar akan meningggal
Ialah tamponnade plasenta dengan bokong.
Versi Braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati, karena kalau dilakukan pada anak yang masih hidup, anak ini pasti akan mati. Mengingat bahayanya, ialah robekan pada serviks dan pada segmen bawah rahim, prasat ini tidak mempunyai tempat lagi di rumah sakit yang besar, tapi pada keadaan istimewa, misalnya kalau pasien berdarah banyak, anak  sudah meninggal, dan kita mendapat kesulitan memperoleh darah.
Syarat untuk melakukan Braxton Hicks adalah pembukaan harus bisa dilalui dengan dua jari (supaya dapat  menurunkan kaki)
3)        Cunnam Willett
Maksudnya adalah tamponnade plsenta dengan kepala. Kulit kepala anak dijepit dengan cunnam willett dan diberati dengan timbangan 500gr.
·      Menjepit kulit kepala bayi pada poasenta previa yang ketubannya telah dipecahkan
·      Memberikan pemberat sehingga pembukaan dipercepat
·      Diharapkan persalinan spontan
·      Sebagian besar dilakukan pada janin yang telah meninggal.
4)        Pemasangan Kantong Karet Metreurynter
Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan mempercepat pembukaan, sehingga persalinan dapat segera berlangsung. Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, narkosa, pemberian transfuse, dan cairan. Maka, tatalaksana pertolongan perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk :
·      Memecahkan ketuban
·      Melakukan secsio secarea
Untuk bidan, segera lakukan rujukan. Sehingga mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat.



2.2       Konsep Asuhan Kebidanan
2.2.1  Pengkajian Data
Pada pengkajian data yang perlu di kaji adalah tanggal, jam, tempat pengkajian.
1.       Data Subyektif
a.       Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji adalah nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, nama suami, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat
b.       Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan ibu, yang perlu diketahui adalah apakah ibu mengeluarkan darah dari kemaluannya dengan jumlah banyak atau sedikit dan terasa nyeri atau tidak. Pada kasus plasenta previa (totalis misalnya), ibu biasanya mengeluh ada pengeluaran darah pervaginam dua kain basah, secara tiba-tiba.
c.       Riwayat Haid
Yang perlu dikaji adalah menarche, siklus, banyaknya , lamanya, sifat darah , HPHT, dan TP. HPHT penting dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan.
d.      Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui ada atau tidak penyakit yang bisa mempengaruhi kehamilan,seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, jantung, TBC, dll.
e.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui ada atau tidak yang mederita penyakit menurun, menahun dan menular serta adakah keturunan kembar.
f.        Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui frekuensi kunjungan ANC, keluhan, dan obat yang didapat  pada saat atau selama hamil.
g.       Pola Kebiasaan Sehari-hari
1.       Pola Nutrisi
Ibu hamil makan 2 kali lebih banyak dari biasanya dan diantara dua waktu makan ibu makan makanan ringan.
2.       Pola Eliminasi
Semakin besar usia kehamilan maka frekuensi BAK makin meningkat
3.       Pola Istirahat
Ibu hamil harus meluangkan waktu untuk istirahat lebih banyak daripada sebelum hamil.
4.       Pola Aktifitas
Aktifitas ibu hamil harus dikurangi pada saat trimester pertama karena pada waktu itu rawan terhadap terjadinya abortus. Sedangkan pada trimester II dan III sudah boleh banyak aktivitas tetapi pada waktu tersebut biasanya ibu akan merasa sering lelah terutama pada trimester III
5.       Pola Kebersihan
Yang paling penting bagi ibu hamil adalah menjaga kebersihan genetaliannya dengan cara : cebok dari arah depan ke belakang, gunakan handuk kering setelah cebok ganti celana dalam setiap kali terasa basah.

2.        Data Obyektif
a.       Pemeriksaan Umum
KU                                   :  baik
Kesadaran                        :  Composmentis
                         Tanda-tanda vital
Tensi               : Normal (110/70 – 120/80 mmHg)
Nadi               : Normal (70 – 90 x/menit)
Pernafasan      : Normal (16-24 x/menit)
Suhu tubuh     : Normal (36 – 37o C)

b.      Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi
1)  Kepala/Rambut   :   jenis rambut, keadaan kulit kepala ada/tidak ada ketombe, dan mudah rontok/tidak, keadaan bersih /tidak
2)      Muka             :   pucat/tidak, ada oedema / tidak
3)      Mata              :   bentuk simetris/tidak, ada pembengkakan pada kelopak mata/tidak, konjungtiva pucat/tidak, seklera ikterik/ tidak, berfungsi dengan baik/tidak
4)      Hidung          :   bentuk simetris/tidak, keadaan bersih/tidak, dan ada pembesaran polip/tidak
5)      Mulut            :   ada kelalinan/tidak , stomatitis/tidak, keadaan gigi bersih/tidak, ada carises/tidak, ada pembesaran tonsil/tidak
6)      Telinga          :   bentuk simetris/tidak, keadaan bersih/tidak, fungsi pendengaran baik/tidak
7)      Leher             :   ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limpa/tidak, dan ada pembengkakan vena jugularis/tidak
8)      Dada             :   pernafasan baik/tidak, ada rochi dan wheezing/tidak, payudara menonjol hiperpigmentasi , ada benjolan/tidak, abnormal, colostrums keluar/ belum.
9)      Abdomen      :   bentuk simetris/tidak, membesar sesuai dengan usia kehamilan/tidak, ada bekas operasi/tidak
10)  Punggung      :   ada kelainan/tidak
11)  Genetalia       :   ada pengeluaran darah pervcaginam banyaknya berapa cc. ada hemaroid/tidak, varises dan oedema /tidak
12)  Ektermitas     :   bentuk simetris/tidak, ada cacat/tidak, ada oedema/tidak.

b.      Palpasi
1)      Leopold I    :   untuk mengetahui/mengukur TFU dan bagian janin apakah yang berada di fundus. Apabila teraba keras bundar melenting, berarti kepala
2)      Leopold II   :   untuk mengetahui bagian tubuh janin apakah yang ada di perut ibu bagian kanan dan kiri.
3)      Leopold III :   Untuk mengetahui bagian janin apakah yang ada di bagian bawah uterus ibu. Pada kasus plasenta previa (totalis misalnya) biasanya pada bagian terbawah janin teraba ada satu bantalan yang mengganjal pada bagian segmen bawah rahim.
4)      Leopold IV :   bagian terbawah janin belum masuk PAP (divergen)
5)      TBJ              :   (TFU cm - 12) x 155 à jika kepala belum masuk PAP
c.       Palpasi
1.      Jantung        : Denyut jantung teratur/tidak, takikardi/bradikardi, terdengar mur-mur /tidak
2.      Paru-paru     :   terdengar ronchi dan whezing /tidak
3.      DJJ              :   positif/negatif, denyut jantung terdengar/tidak, takikardi/bradikardi, berapa x/menit
d.      Perkusi              :   Reflek patella

1.      Pemeriksaan laboratorium:
Hb           : .......gr%
Protein urine : (-)
Redaksi   : (-)
2.      Pemeriksaan penunjang :
USG : dapat dilihat apakah terdapat plasenta yang menutupi jalan lahir

2.2.2        Identifikasi Diagnosa dan Masalah
1.      Diagnosa
Ibu G.....P......A..... UK..... minggu, janin tunggal/tidak, hidup/tidak, intrauteri/ekstrauteri, PUKI/PUKA, presentasi........, belum masuk PAP, ibu plasenta previa.............
Dasar :
a.       Ada pengeluaran darah pervaginam sebanyak ..............cc
b.      Pada saat palpasi dirasakan ada suatu bantalan yang mengganjal pada segmen bawah rahim
c.       Bagian terbawah janin belum turun
d.      Dijumpai kesalahan letak janin yaitu bukan presentasi kepala
e.       Tidak terdapat nyeri tekanan pada saat palpasi
f.       Leopold I            :   TFU ....cm, TBJ : .......gram
g.      Leopold II           :   PUKI / PUKA
h.      Leopold III         :   Teraba bantalan pada segmen bawah rahim/tidak
i.        Leopold I V        :   Bagian terbawah janin belum masuk PAP
j.        DJJ                      :   ........x/menit
k.      Hb                       :   ........ gram


2.      Masalah 
a.       Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya perdarahan pervaginam karena adanya plasenta previa totalis
b.      Gangguan aktivitas sehubungan dengan terjadinya perdarahan pervaginam karena adanya plasenta previa totalis 
4.      Kebutuhan
a.       Penyuluhan tentang istirahat ibu
1)      Anjurkan ibu untuk beristirahat total / tirah baring
2)      Jangan banyak melakukan gerakan atau aktivitas
b.      Observasi banyaknya perdarahan pervaginam
Ganti pembalut bila basah
c.       Segera hubungi tenaga kesehatan jika terjadi perdarahan yang lebih hebat
d.      Penyuluhan tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil
1)      Makan makanan yang bergizi serta vitamin C dan zat besi
2)      Makan sedikit tapi sering
e.       Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
1)      Pemberian pemasukan yang cukup dengan adanya perdarahan
2)      Pemberian nutrisi melalui pemberian cairan infuse RL atas
f.       Memberikan dukungan psikologis kepada ibu
1)      Katakan kepada ibu bahwa ibu harus kuat dan sabar karena dapat melalui semuanya dengan baik
2)      Beri penyuluhan tentang persiapan persalinan
g.      Observasi tanda-tanda vital
1)      Observasi DJJ secara ketat
Anjurkan ibu untuk miring kiri untuk memberikan oksigenasi pada janinnya

2.2.3        Antisipasi Masalah Potensial
1.    Potensial terjadi perdarahan anterpartum pada ibu
2.    Potensial terjadi gawat janin
3.    Potensial terjadi aspeksia pada bayi

2.2.4        Identifikasi Kebutuhan Segera
1.    Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat
2.    Penatalaksanaan perdarahan antepartum
3.    Penatalaksanaan aspeksia pada BBL

2.2.5        Intervensi
1.      Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a   Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
b   Jelaskan kondisi kehamilan ibu saat ini
2.      Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital
a.       Ganti pembalut bila basah
b.      Pantau DJJ secara ketat
3.      Penyuluhan kebutuhan istirahat pada ibu
a.       anjurkan ibu untuk  tiram baring, beristirahat total
b.      anjurkan ibu untuk  miring kiri
4.      Memberikan dukungan psikologis pada ibu
a.       Anjurkan ibu untuk   pada ibu teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu
b.      Libatkan anggota keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
5.      Penyuluhan tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil
1.      anjurkan ibu untuk   makan makanan yang bergizi
2.      beri ibu tablet Fe dan vitamin C
3.      anjurkan ibu untuk  sedikit makan tapi sering
6.      Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Pemberian pemasukan nutrisi yang cukup karena adanya perdarahan
7.      Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal tetapi harus secara seksio sesarea karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir

2.2.6   Implementasi
Sesuai dengan intervensi

2.2.7   Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil.
1.      Apakah ibu mengerti tentang kondisi kehamilannya saat ini
2.      Apakah ibu mengerti apa yang ia lakukan jika terjadi perdarahan atau komplikasi kembali dan apakah ibu mengerti tentang perdarahan yang ia alami
3.      Apakah ibu mengerti tentang pentingnya istirahat total atau tirah baring untuk mengurangi terjadinya perdarahan
4.      Apakah ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan gizi bagi ibu hamil
5.      Apakah ibu mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
6.      Apakah ibu mau mengikuti saran bidan untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea


DAFTAR PUSTAKA



Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, 1984. Obstetri Patologi : Bandung
Sastrowinata, sulaeman. 1997. Obstetri Fisiologi. Bandung : FK Pajajaran Bandung
Manuaba, Ida Bagus, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsi Obstetri Fisiologi Jilid 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif , dkk. 2000. Kapita Seleckta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternatal dan Neonatal. Jakarta : YBPS
Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP
Manuaba, Ida Ayu Chandradinata . 2008 . Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan . Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Let's COMMENT hEre!!