1 Mei 2011

AKDR

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang
Merencanakan kehamilan merupakan bagian penting dalam membentuk keluarga bahagia dan sejahtera. Salah satu solusinya adalah melalui pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap sebagai upaya jitu menekan ledakan populasi penduduk.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin, 2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasn perilaku masyarakat dalamupaya membangun keluarga berkualitas
Dari masa ke masa, alat kontrasepsi terus berkembang. Di samping fungsi utama sebagai pencegah kehamilan, alat kontrasepsi masa kini kian disempurnakan dengan menambahkan manfaat nonkontrasepsi yang ditujukan bagi kenyamanan penggunanya.
Salah satu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang mengalami perkembangan cukup signifikan adalah IUD atau dikenal dengan spiral. IUD ditanamkan di dalam rahim dan bekerja menghambat pembuahan melalui sistem mekanik. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sekarang ini diyakini sebagai salah satu alat yang secara efektif mampu menghindari terjadinya kehamilan dalam rentang waktu yang cukup panjang (2-6 tahun).
Namun begitu tidak semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan , dilarang oleh suami, dan kurang mengetahui tentang KB AKDR.
Adapun berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan oleh akseptor KB agar tidak terjadi alah persepsi setelah pemasangan yaitu pengetahuan akseptor KB tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi, status kesehatan klien sebelum berKB, tahu efek samping, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang lain.

1.2     Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
Setelah penyusunan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang gambaran umum pelayanan kontrasepsi KB terutama AKDR.
1.2.2  Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah AKDR
b. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi AKDR
c. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam AKDR
d.  Mahasiswa dapat menjelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing AKDR
e. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi dari pemasangan AKDR
f. Mahasiswa dapat menjelaskan penanganan efek samping AKDR


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA



2.1         Sejarah AKDR
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD mempunyai sejarah perkembangan yang sangat panjang sebelum generasi III dengan keamanan, efektivitas, dan penyulit yang tidak terlalu besar. Sejarah abad masa lalu, walaupun tidak tercatat dengan baik, menunjukkan bahwa kafilah dagang “bangsa Arab” mempraktekkan penggunaan AKDR pada unta-unta mereka. Jika melakukan perjalanan jauh dalam kegiatan perdagangannya, mereka memasukkan batu-batu ke dalam rahim untanya.
Periode abad berikutnya mencatat keberhasilan Richard Richter pada tahun 1909 di Jerman mengujicobakan penggunaan AKDR pada manusia. AKDR yang digunakannya merupakan cicin catgut ulat sutera yang mempunyai kawat nikel dan tembaga yang mejulur keluar melalui serviks. Tahun 1920-an Grafenberg mengganti cincin catgut dengan cicin berlapis emas atau perak. Tidak lama berselang (1934) Ota di Jepang menambahkan struktur pendukung cincin AKDR yang berlapiskan emas atau perak untuk mengurangi angka ekspulsi. Selama berlangsung perang dunia kedua, filosofi politik Jepang dan Nazi mengeliminasi penggunaan AKDR. Baru pada tahun 1959 Oppenheimer menggerakkan kembali penggunaan dengan berbagi macam bentuk pengembangan IUD.
Perkembangan seterusnya pada tahun 1960 melahirkan AKDR berbentuk “Loop” hasil karya Jack Lippes. Kemudian berturut-turut tahun 1968-1969, Zipper menambahkan Cu (tembaga) dan Doye dan Clewe (Amerika) menggunakan progestin sebagai bahan anti fertilitas. Penelitian untuk mendapatkan jenis AKDR yang paling efektif, dan aman dipakai masih terus berlangsung hingga sekarang.

2.2         Pengertian AKDR
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktip (Saefuddin,2003)
AKDR atau IUD atau Sepiral adalah suatu alat yang dimasukan ke dalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar, 1998)
AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)

2.3         Macam-macam AKDR
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
1.         Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T
2.         Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.

Menurut Tambahan obat atau Metal:
1.    Medicated IUD
a.       Mengandung Logam
AKDR – Cu generasi pertama (First Generation Copper Devices) :
§ CUT – 200 = Tatum – T
§ Cu – 7 = Gravigard
§ MLCU – 250
AKDR – Cu generasi kedua (Second Generation Copper Devices) :
§ CUT – 380 A = paragard
§ CUT – 380 Ag
§ CUT – 220 C
§ Nova – T = novagard : mengandung Ag
§ Delta – T : modified Cut – 220 C
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post partum
§ MICU – 375

Penjelasan:
Copper IUD
Yang paling kenal sampai saat ini adalah :
-   CuT – 200 = Tatum T   : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm2 Cu (luas permukaan Cu-nya) . Daya kerja : tiga tahun. Cara insersi : withdrawal
-   CuT – 200 B                 : seperti Cut – 200, tetapi ujung bagian bawah batang IUD berbentuk bola
- CuT – 200 Ag               : seperti Cut – 200, tetapi mengandung inti Ag di dalam tembaganya
- CuT – 220 C                 : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm2 Cu di dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada batang vertikalnya. Dava kerja : tiga tahun. Cara insersi : withdawal
- CuT-380A = Para Gard   :            Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm2 pada masing-masing lengan horizontal. Daya kerja : 8 tahun (FDA : 10 tahun)
- CuT – 380 Ag               : seperti CuT – 380 A, hanya dengan tambahan inti Ag di dalam kawat Cu-nya. Daya kerja : 5 tahun
- CuT – 380 S                  : CuT – 380 slimline
                                           Selubung Cu diletakkan pada ujung-ujung lengan horizontalnya dan beberapa di dalam plastiknya. Daya kerja : 2,5 tahun
- Nova-T = Novagard     : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas permukaan Cu dengan anti Ag di dalam kawan Cu-nya. Daya kerja : 5 tahun. Cara insersi : withdrawal
- ML Cu – 250                : 220 mm2 luas permukaan kawat Cu. Benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna.. Daya kerja : 3 tahun. Cara insersi : withdrawal. Ada tiga bentuk Ml Cu – 250:
§ Standar : panjang 35 mm, lebar 18 mm
§ Short : panjang 29 mm, lebar 18 mm
§ SL : panjang 24 mm, lebar 18 mm
- Cu – 7 = Gravigard       : panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung 200 mm2 luas permukaan Cu, mempunyai tabung inserter diameter paling kecil dibandingkan tabung inserter IUD lain-lainnya sehingga dapat dianjurkan untuk nulligravid.
                                           Daya kerja : 3 tahun
                                           Cara insersi : withdrawal (dapat pula push-out)
- MPL – Cu 240 Ag        : 240 mm2 luas permukaan Cu, dengan inti Ag di dalam kawat Cu nya
                                           Daya kerja : 3 – 5 tahun
                                           Cara insersi : withdrawal
                                           Ada 3 bentuk MPL – Cu 240 Ag :
o  Ukuran 0 : panjang 26 mm, lebar 18 mm, untuk kuran rahim, 7 cm atau nuligravid
o  Ukuran 1 : panjang 31 mm, lebar 23 mm, untuk ukuran rahim 7 – 8 cm
o  Ukuran 2 : Panjang 25 mm, lebar 30 mm, untuk ukuran rahim, 8 cm atau para – 4 atau lebih
- Utering 330 Cu             : terbuat dari plastik polyethylene, dengan lebar tepi diagonal 15 mm, kawat Cu berdiameter 0,4 mm dengan luas permukaan Cu lebih dari 300 mm2, melingkari sekitar batangnya dan tanpa benang ekor. Tabung inserter berdiameter 4 mm.
                                           Daya kerja : 3 tahun
                                           Pengeluaran : dengan ekstraktor IUD

b.        Mengandung Hormon
1. Progestasert-T = Alza T
- Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
- Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per hari
- Tabung insersinya berbentuk lengkung
- Daya kerja :18 bulan
- Tehnik insersi: plunging?(modified withdrawal)
2.     LNG-20
- Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari
- Sedang diteliti di Finlandia
- Angka kegagalan /kehamilan angatrendah: ‹0,5 per 100wanita per tahun
- Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit.
a. Lippes-Loop ; b. Saf-T-Coil ; c. Dana-Super ; d. Copper-T (Gyne-T) ; e. Copper-7 ; f. Multiload ; g. Progesterone IUD
 



2.  UnMedicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon
-       Lippes Loop
Diperkenalkan pada awal 1960-an dan dianggap sebagai IUD standard, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah Barium Sulfat.
Ada 4 macam IUD Lippes Loop :
· Lippes Loop A  :    panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat benang ekor.
· Lippes Loop B  :    panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam, bertitik-4.
· Lippes Loop C  :    panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning, bertitik 3.
· Lippes Loop D  :    panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih , bertitik 2.
Cara insersi : Push – out
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopouse, sepanjang tidak ada keluhan dan/atau persoalan bagi akseptornya.
-       Delta loop : modified lippes loop
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk insersi post-partum
                                                                                                                               
Jenis-jenis IUD yang ada di Indonesia, antara lain:

·      a. Copper-T
 
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

c. Multi Load 
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.







d. Lippes Loop

IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loopterdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.

e.  IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung lengan IUD bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD. Gambar IUD Nova T :


f.     IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon Levonolgestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu menyusui karena tidak menghambat ASI. Bentuknya seperti ini :

2.4         Mekanisme Kerja AKDR
1.        Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan.Tembaga dalam konsentrasi kecilyang dikeluarkanke dalamrongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lendirsehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
2.    Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalamkavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukansering adanya kontraksi uterus pada pemakaianAKDR yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
3.    Sebagai metode biasa(yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan spermasehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi daruat(dipasang setelahhubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim (BKKKBN, 2003)

4.    Menurut Saefuddin, et. al (2003) :
Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui, namun ada beberapa mekanisme kerja yang telah diajukan:
a.  Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
b.  Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
c.  Gangguan / terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.
d.  Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi.
e.  Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f.  Dari penelitian terakhir, disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
g.  Untuk AKDR yang mengandung Cu :
1) Antagoisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali phospatase.
2) Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus.
3) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
4) Mengganggu metabolisme glikogen.
h. Untuk AKDR yang mengandung hormon progesterone :
1) Gangguan proses pematangan proliteratif – sekretoir sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi (endometrium tetap berada dalam fase decidual/ progestational).
2) Lendir serviks yang menjadi lebih kental/ tebal karena pengaruh progestin.

2.5         Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
• Usia reproduktif
• Keadaan nulipara
• Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
• Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
• Setelah melahirkan dan tidak menyusui
• Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
• Risiko rendah dari IMS
• Tidak menghendaki metoda hormonal
• Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
• Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
• Perokok
• Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.

2.6         Kontraindikasi
Menurut Saifudin (2006), yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
• Belum pernah melahirkan
• Adanya perkiraan hamil
• Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui
• Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
• Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
• Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
• Penyakit trofoblas yang ganas.
• Diketahui menderita TBC pelvic.
• Kanker alat genital
• Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Kontraindikasi Insersi IUD
1. Kontra indikasi absolut
a.    Infeksi pelvis yang aktif (akut – sub akut) termasuk persangkaan gonorrhoe atau chlamydia
b.    Kehamilan atau persangkaan kehamilan
2. Kontra indikasi relatif kuat
a.    Partner seksual yang banyak
b.    Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD
c.    Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
d.   Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang akuren, post partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir
e.    Cervicitis akut atau purulent
f.     Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
g.    Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik
h.    Pernah mengalami infeksi pelvik satu kali dalam masing menginginkan kehamilan selanjutnya
i.      Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, DM, dan lain-lain)
3. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra – indikasi untuk insersi IUD
§ Penyakit katup jantung
§ Keganasan endometrium atau serviks
§ Stenosis serviks yang berat
§ Uterus yang kecil sekali
§ Endometriosis
§ Myoma uteri
§ Polip endometrium
§ Kongenital uterus
§ Dismenore yang berat
§ Anemia
§ Pernah mengalami problem ekspulsi IUD
§ Leukore atau infeksi vagina
§ Riwayat infeksi pelvis
§ Riwayat operasi pelvis
§ Keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan dimasa yang akan datang
§ Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri rekor IUD
§ Darah haid yang banyak atau perdarahan bercak (spotting)

2.7         Keuntungan dan Kerugian dari Masing-masing AKDR
Secara umum, keuntungan dan kerugian AKDR / IUD sebagai alat kontrasepsi adalah sebagai berikut :
Keuntungan Kontrasepsi IUD
·       Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
·       AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
·       Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
·       Tidak mempengaruhi hubungan seksual
·       Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
·       Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
·       Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
·       Dapat digunakan sampai manopouse
·       Tidak ada interaksi dengan obat-obat
·       Membantu mencegah kehamilan ekktopik
Kelemahan Kontrasepsi IUD
·       Efek samping umum terjadi:
     perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
·       Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
·       Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
·       Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
·       Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
·       Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
·       Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
·       Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
·       Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
·       Tidakmencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
·       Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.


Keuntungan
Kerugian
·    Hanya memerlukan satu kali motivasi dan satu kali pemasangan.
·    Tidak menimbulkan efek sistemik.
·    Dapat mencegah kehamilan dalam jangka lama.
·    Sederhana, mudah, dan ekonomis.
·    Cocok untuk penggunaan secara massal.
·    Efektifitas tinggi.
·    Kegagalan pasien (patient’s failure) hampir tidak ada.
·    Tidak membutuhkan inteligensia yang tinggi pada pemakaian reversibel.
·    Untuk beberapa jenis AKDR, dapat dipakai untuk jangka lama (bertahun-tahun
·     Pemasangan dalam dan penyaringan infeksi saluran genitalia diperlukan sebelum pemasangan AKDR.
·     Dapat meningkatkan risiko Penyakit Radang Panggul (PRP).
·     Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya.
·     Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada sebagian pemakai AKDR.
·     Pasien tidak dapat mencabut sendiri AKDR
·     Tidak dapat terlindungi terhadap PMS, HIV/AIDS.
·     AKDR dapat keluar dari rahim melalui kanalis servikalis hingga keluar ke vagina.
·     Bertambahnya risiko mendapat PRP pada pemakai AKDR yang dahulu pernah menderita penyakit menular seksual (PMS) atau mereka yang mempunyai mitra seks banyak.

Menurut Saefuddin, et. al (2003)
Keuntungan Cu IUD :
§   Ekspulsi lebih jarang, baik pada insersi interval, post partum maupun post abortus
§   Kehilangan darah haid lebih sedikit
§   Dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau wanita dengan paritas rendah
§   Ukuran tabung inserter lebih kecil
Kerugian Cu IUD
§   Perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun
§   Lebih mahal

Menurut Saefuddin (2004) . Keuntungan AKDR Non hormonal (Cu T 380A):
a.  Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi
Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam1 tahun pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
b.  AKDR dapat efektf seger setelah pemasangan
c.  Metode jangka panjang
d.  Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e.  Tidak mempengaruhi hubungan sexual
f.  Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut untuk hamil
g.  Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-380A)
h.  Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i.   Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
j.   Dapat digunakan sampai menopause
k.  Tidak ada intraksidengan obat-obat.
Menurut Saefuddin (2004). Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal:
a.  Efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan siklus haid
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan(spotting) antar menstruasi
- Disaat haid lebih sakit
b.  Komplikasi lain :
- Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
- Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)
-Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
-Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
-Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
- Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.





Menurut Hanafi(2003). Keuntungan IUD hormonal adalah:
a.  Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe
b.  Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae(Asherman’s Syndrome)
Kerugian IUD hormonal:
-Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
-Harus diganti setelah 18 bulan
-Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak(spotting)
-Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi

2.8         Komplikasi AKDR
Efek samping dan komplikasi IUD dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Pada saat insersi
2. Dikemudian hari
Efek samping dan komplikasi pada saat insersi IUD
§   Rasa sakit / nyeri
     Pengobatan : analgetika atau prostaglandin – inhibitor
§   Muntah, keringat dingin dan syncope
a.    Terjadi pada 1%
b.    Penyebab : reaksi vaso – vagal
c.    Pencegahan : pemberian atropin 0,4 – 0,5 mg IM / IV, sedativa ringan dan anastesi lokal
d.   Pengobatan : istirahat dalam posisi horizontal
§   Perforasi uterus
a.    Angka kejadian kira-kira 1,2 per 1000 insersi IUD
b.    Lebih sering terjadi pada tehnik insersi push – out
c.    Perforasi dapat :
- Partial
- Komplit
d.   Gejala-gejala perforasi
- Rasa sakit / nyeri yang tiba-tiba perdarahan
- Tetapi perforasi dapat pula a – symptomatis atau silent
e.    Di kemudian hari persangkaan adanya perforasi
  Benang ekor IUD tidak teraba dan tidak terlihat dan akseptor tidak pernah merasa IUD-nya keluar pervaginam
  Perdarahan post insersi
  Kehamilan
Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari
ü Rasa sakit dan perdarahan
a.  Merupakan alasan medis utama dari penghentian pemakaian IUD, yaitu kira-kira 4 – 15% dalam 1 tahun. Tetapi menurut penelitian-penelitian rasa sakit dan perdarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian IUD
b.  Perdarahan yang bertambah banyak dapat berbentuk :
o Volume darah haid bertambah, kecuali pada IUD yang mengandung hormon
o Perdarahan yang berlangsung lebih lama
o Perdarahan bercak/spotting diantara haid
     Sebab-sebab dari timbulnya perdarahan haid yang lebih banyak (menorrhagi) belum diketahui pasti
ü Embedding dan displacement
IUD tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrim
Penanggulangan : IUD harus dikeluarkan
ü Infeksi
a.  Merupakan komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan pemakaian IUD
b.  Akseptor IUD mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mendapatkan PID dibandingkan non akseptor KB. Risiko timbulnya PID terutama dalam bulan-bulan pertama setelah insersi IUD (empat bulan pertama)
c.  Penyakit akibat hubungan seks (PHS)
     Partner seksual yang banyak
d. Umur
     Di negara-negara yang sedang berkembang, resikonya sama untuk wanita usia muda maupun usia tua sedangkan di negara-negara maju risiko lebih besar pada wanita.





2.9         Penanganan Efek Samping AKDR
Menurut Saifuddin (2006), Penanganan efek samping AKDR yaitu :
Efek Samping / Permasalahan
Penanganan
Amenora
Periksa apakah sedang hamil, apbila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan diperhatikan
Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab ain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikt meringankan. Apabila klien menglami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
Perdarahan pervagina yang hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamiolan ektopik. Apabila tidak ada kelainan potologis, perdarahan berkelanjutan serta prdarahan hebat,lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibu profen(800mg, 3x sehriselama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi(1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3bulan).
Benang yang hilang
pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan kavum uteri(apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode lain.
Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidal, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. ApabilaAKDR dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi.


2.10   Insersi IUD
Permasalahan pada insersi IUD
a.    Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan
    Ekspulsi
    Kerja kontraseptif tidak efektif
    Perforasi uterus
Untuk sukses / berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal yaitu :
    Ukuran dan macam IUD beserta tabung inserternya
    Waktu / saat insersi
    Teknik insersi
§   Penjelasan prosedurnya kepala calon akseptor
    Pemeriksaan pelvis bimanual dan sondage uterus
    Tehnik a dan anti sepsis
    Penempatan IUD setinggi mungkin di dalam uterus tanpa menembus myometrium
Ukuran dan Macam IUD
 Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi ekspulsinya
 Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya
Waktu / Saat Insersi
a.    Insersi interval
-    Kebijakan sekarang
     Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin seyakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.
-    Kebijakan lama
Insersi IUD dilakukan selama atau segera sesudah haid. Alasan :
 Ostium uteri lebih terbuka
 Canalis cervicalis lunak
 Perdarahan yang timbul karena prosedur insersi
 Tertutup oleh perdarahan haid yang normal
 Wanita pasti tidak hamil
Tetapi akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena :
 Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid
 Dilatasi canalis servicalis adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid – siklus
 Memudahkan calon akseptor pada setiap saat ia datang ke klinik KB
b.    Insersi Post – partum
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi. IUD yang dipakai atau dan yang sedang dicoba
 Delta loop = modified lippes loop D
 Delta T = modified cut – 220 C
Kedua IUD tersebut diberi benang chromic catgut pada lengan atasnya, dengan maksud benangnya akan tertanam ke dalam endometrium dan menahan IUD-nya di tempatnya selama involusi uterus. Benangnya secara perlahan-lahan akan larut dalam waktu 6 minggu.
 Modified delta loop
 Modified delta – T
Kedua IUD tersebut diberi tonjolan-tonjolan yang terbuat dari bahan polimer yang biodegradable yang akan larut secara perlahan-lahan.
 Post partum T
Mempunyai lengan atas tambahan pada bagian bawah batang IUD, sepanjang 2 cm yang menjurus ke atas dan ke arah luar insersi IUD post-partum tidak mempunyai efek pada kuantitas atau komposisi dari ASI.
c.    Insersi Post – Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah :
 Abortus trimester I
     Ekspulsi, infeksi, perforasi dan lain-lain sama seperti pada insersi interval.
 Abortus trimester II
     Ekspulsi 5 – 10 kali lebih besar dari pada setelah abortus trimester I
     Dari penyelidikan ternyata bahwa lippes loop lebih sering menyebabkan komplikasi dibandingkan Cu IUD.
d.   Insersi Post – Coital

Pengukuran Uterus
1.    Dari penyelidikan didapatkan bahwa efek samping lebih sering timbul pada ukuran uterus yang berada di luar batas-batas normal (6,5 – 8 cm)
2.    Alat-alat yang dikembangkan untuk mengukur dengan lebih akurat panjangnya cavum uteri, misalnya
a. Hasson wing sound I
b. Hasson wing sound II untuk panjang dan lebar cavum uteri
c. Cavimeter
Teknik Insersi
Ada 3 cara :
 Tehnik push out = mendorong : lippes loop
     Bahaya perforasi lebih besar
 Tehnik withdrawal = menarik : Cu IUD
 Tehnik plunging = “mencelupkan” : progestasert – T
Prosedur Insersi IUD
1.    Pemberian analgetika dan sedativa bila diperlukan
2.    Pasang spekulum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding vagina
3.    Bila mungkin, kerjakan papanicolaou smear dan perhatikan bakteriologis terhadap gonorrhoe
4.    Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi dan mobilitas uterus serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ-organ sekitarnya
5.    Pasang kembali spekulum dalam vagina, dan lakukan desinfeksi endoserviks dan dinding vagina
6.    Pasang tenakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan padanya untuk meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mempengaruhi perdarahan dan resiko perforasi
7.    Lakukan sondage uterus
8.    Masukkan IUD sesuai dengan macam alatnya
     Lepaskan IUD dalam bidang transverse dari cavum uteri pada posisi setinggi mungkin di fundus uteri. Bila terasa ada tahanan sebelum mencapai fundus, jangan dipaksakan keluarkan alatnya dan lakukan re – insersi
9.    Keluarkan tabung insertersnya
10. Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2 – 3 cm dari ostium uteri eksternum
11. Keluarkan tenakulum dan spekulum
     Catatan : IUD jangan dibiarkan lebih lama dari 2 menit di dalam tabung insersinya, karena ia akan kehilangan bentuknya (terutama untuk lippes loop).

      CARA PEMASANGAN AKDR/IUD
Persiapan alat yang digunakan dalam pemasangan AKDR/IUD :
1.Bivale speculum
2.Tanekulum(penjepit portio)
3.Sounde uterus(untuk mengukur kedalaman uterus)
4.Forsep
5.Gunting
6.Bengkok larutan antiseptic
7.Sarungtangan steril atau sarung tangan DTT
8.Kasa atau kapas
9.Cairan DTT
10.Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
11.AKDR(CuT-380A) atau Progestasert-T yang masihbelum rusak dan terbuka
12.Aligator(penjepit AKDR)
(Menurut Prawirohardjo, Cara pemasangan AKDR atau Progestasert-T
Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui servikalis.
1.              Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran danposisi uterus
2.  Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi velvik
3.  Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik
Iinspekulum, servik ditampilkan dan bibir depan servik dijepit dengan cunan servik, penjepit dilakukan kira-kira 2cm dari osteum uteri externum, dengan cunan bergerigi Saturday
4.  Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk menentukan arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum. Tentukan arah ante atau retroversi uterus. Jika sounde masuk kurang dari 5 cmatau kavumuteri terlalu sempit, insersi AKDR jangan dilakukan
5.  Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis sesuai dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan sounde. Kadang-kadang terdapat tahanansebelum fundus uteri tercapai. Dalam hal demikian pemasangan diulangi
6.  AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur atau dapat pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi perforasi oleh AKDR
7.  Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDRditinggalkan 2-3cm.
CARA PENCABUTAN AKDR
1.   Mengeluarkan AKDR lebih mudahjika dilakukan sewaktu haid
2.   Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde uterus, sehingga osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti di atas
3.   Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan ddengan mikro kuret. Kadang-kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri
4.   Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria
5.   AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri. Hanya AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang Progestasert-T 1-2 tahun.

BAB 3
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Indonesia pemerintah telah merencanakan dan mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yang diadakan untuk membina akseptor sekaligus mencapai sasaran/fungsi yang telah ditetapkan untuk memberi konstribusi bag tercapainya upaya mewujudkan keluarga berkualitas.
Adapun pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003).
Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR.
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)
Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut.
Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang bena, efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.
Adapun berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan oleh akseptor KB agar tidak terjadi alah persepsi setelah pemasangan yaitu pengetahuan akseptor KB tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi, status kesehatan klien sebelum berKB, tahu efek samping, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang lain.
3.2. Saran
1.Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2.Bagi tenaga kesehatan
ØSebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
ØSebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan infom choice pada klien serta menjelaskan segala informasi tentang AKDR secara lengkap.


DAFTAR PUSTAKA


Cunningham,dkk. (1995). Obstetri Williams. Jakarta: EGC
 Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Manuaba, Ida Bagus, Gde . 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006 . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: YBP-SP
Speroff, Leon . 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP